Perang Israel-Hamas

Mencari Solusi Berkeadilan Konflik Israel-Palestina

Serangan mendadak Hamas ke Israel yang berhasil menewaskan 700 warga dan menyebabkan ribuan warga lain luka-luka merupakan titik balik kebangkitan Palestina. Hamas ingin mengirimkan pesan bahwa Palestina belum menyerah.

Jantung kota Tunis, Habib Bourgaiba Avenue, dan gedung Pusat Kebudayaan Tunis berselimutkan warna bendera Palestina. Media sosial warga Tunisia pun memberikan dukungan penuh kepada Palestina.

Di seantero Tunisia, ada solidaritas dan dukungan penuh terhadap Palestina. Sejumlah media arus utama juga memberikan dukungan penuh kepada Palestina.

Harian Al-Shuruq menulis berita utama ”Falesthin Nashna’u al-Nashr” (Palestina Mencetak Kemenangan). Harian Al-Maghrib menurunkan berita utama ”Intinshar ’Askari wa Siyasi li al-Muqawamah” (Kemenangan Militer dan Politik Perlawanan Palestina). Sementara harian Al-Shabah menulis berita utama ”Tufan al-Aqsha Yasyfa’ al-Jaysy al-ladzi la Yuqhar” (Topan al-Aqsa Mengempaskan Tentara yang Selama Ini Tak Terkalahkan).

Kais Said, Presiden Tunisia, juga menyampaikan pidato keras mengecam Israel, sembari berkomitmen memberikan dukungan moril dan materiil kepada Palestina. ”Sejumlah media asing hanya menyebut Gaza tak lain karena mereka ingin mengaburkan penderitaan warga Palestina yang dihadapi saban hari, selama bertahun-tahun,” ujarnya.

Serangan mendadak faksi perlawanan Palestina, Hamas, ke Israel yang berhasil menewaskan 700 warga dan menyebabkan ribuan warga lain luka-luka merupakan titik balik kebangkitan Palestina.

Tunisia merupakan negara di kawasan Maghribi yang kokoh konsisten memberikan dukungan penuh kepada Palestina dalam menentukan kedaulatan dan kemerdekaannya. Sikap Tunisia hampir mirip dengan konsistensi sikap Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina.
Titik balik kebangkitan Palestina

Serangan mendadak faksi perlawanan Palestina, Hamas, ke Israel yang berhasil menewaskan 700 warga dan menyebabkan ribuan warga lain luka-luka merupakan titik balik kebangkitan Palestina.

Hamas ingin mengirimkan pesan penting bahwa Palestina belum menyerah. Bahkan, Palestina tampil lebih kuat dan mampu mengobrak-abrik sistem pertahanan intelijen Israel yang dikenal sangat canggih dan modern.

Palestina dalam beberapa tahun terakhir seperti mulai terpinggirkan, bahkan terlupakan. Palestina dibiarkan berjuang sendirian. Israel makin bertingkah sewenang-wenang dengan menguasai kawasan Masjid Al-Aqsa dan terus memperluas pendudukan ilegal di Tepi Barat.

Blokade Gaza terus berlangsung tanpa ada perhatian serius dari dunia internasional. Akibatnya, Palestina makin tersudut, tanpa masa depan.

Karena itu, serangan Hamas ke Israel baru-baru ini memberikan pesan penting kepada dunia internasional bahwa Palestina masih menjadi kekuatan yang perlu diperhitungkan Israel dan negara-negara Barat yang selama ini mendukung penuh Israel.

Bahkan, jika Palestina tidak mendapatkan dukungan dari negara-negara lain, Palestina memberikan sinyal penting bahwa pihaknya siap menghadapi kebiadaban Israel dengan kekuatan sendiri. Inilah yang selama ini dilakukan Palestina.

Serangan Mendadak dan Mematikan Hamas ke Israel
Istimewanya, serangan Hamas ke Israel yang terakhir ini dianggap lebih dahsyat daripada perang 6 Oktober 1973 yang didalangi Mesir dan Suriah. Pada tahun itu, serangan dilakukan menggunakan persenjataan yang lebih canggih. Mesir menyerang wilayah selatan Israel, dan Suriah menyerang wilayah utara Israel. Perang yang berlangsung selama enam hari itu dikenal dengan Perang Oktober atau Perang Yom Kippur. Pemerintah Mesir selalu merayakan kemenangan besar dalam perang tersebut setiap tanggal 6 Oktober.

Pilihan Hamas untuk melakukan serangan pada 7 Oktober 2023 sepertinya ingin membawa spirit kemenangan Perang Oktober 1973. Dalam hal ini, Hamas benar dan mampu melaksanakan misinya secara sempurna.

Hamas berhasil mempermalukan Israel di mata dunia. Hamas juga berhasil mengirimkan pesan kepada publik Israel bahwa sikap elite Israel dan faksi sayap kanan Israel yang cenderung memberlakukan kebijakan politik menindas, kasar, dan bernuansa kekerasan terhadap Palestina, baik di Tepi Barat maupun di Jalur Gaza, sama sekali tak bisa dibenarkan.

Israel benar-benar telah menelantarkan dan menyengsarakan Palestina. Intinya, tidak ada komitmen tulus dan serius dari Israel untuk mewujudkan perdamaian yang berkeadilan dan hidup berdampingan secara damai.

Banyak pihak yang menyatakan bahwa serangan Hamas ke Israel tersebut mempunyai kelebihan tersendiri karena dilakukan dengan strategi klandestin.

Intinya, tidak ada komitmen tulus dan serius dari Israel untuk mewujudkan perdamaian yang berkeadilan dan hidup berdampingan secara damai.

Hamas berhasil mengecoh sistem pertahanan Israel, bahkan Hamas berhasil menangkap beberapa tentara, polisi, dan warga Israel, yang akan dijadikan instrumen negosiasi di masa mendatang agar Israel dapat mengakui kedaulatan Palestina, menghormati hak-hak sipil warga Palestina, sembari mencari solusi yang membawa pada keadilan dan kesetaraan.
Solusi berkeadilan

Momentum kebangkitan Palestina sejatinya dapat dijadikan instrumen bagi dunia internasional untuk mencari solusi yang berkeadilan berlandaskan norma-norma hukum internasional.

Sikap politik luar negeri Indonesia merupakan salah satu solusi terbaik bagi penyelesaian konflik Israel-Palestina.

Proposal Indonesia yang konsisten mendorong solusi dua negara, hidup berdampingan secara damai, harus segera diangkat kembali menjadi solusi bersama di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Langkah Indonesia yang selama ini mendorong agar dunia internasional cepat mengakui kedaulatan dan kemerdekaan Palestina sesuai norma-norma hukum internasional merupakan langkah mendesak menuju solusi dunia.

Jika hal tersebut tidak dilakukan, maka perang dan konflik merupakan ekses dari tidak adanya solusi politik yang berkeadilan.

Karena itu, langkah unilateral yang dilakukan Amerika Serikat sejak kepemimpinan Donald Trump terbukti gagal total. Upaya mengabaikan Palestina dalam rangka mengambil keputusan tentang Palestina merupakan langkah yang sangat tidak tepat dan sangat tidak bijaksana. Apalagi sikap Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya yang memberikan dukungan militer secara penuh kepada Israel hanya akan menimbulkan masalah yang makin rumit dan pelik di masa mendatang.

Upaya menggempur Gaza secara membabi buta dalam beberapa hari terakhir merupakan langkah serampangan yang akan memperumit solusi perdamaian di masa mendatang. Menghancurkan Gaza berarti semakin menegaskan karakter Israel dan negara-negara Barat yang tidak mampu memahami persoalan dari akarnya. Strategi air tuba dibalas dengan air tuba semakin mengukuhkan hilangnya akal sehat dalam memahami makna dan pesan di balik serangan Hamas terhadap Israel.

Apalagi korban gempuran Israel di Jalur Gaza pada umumnya adalah warga sipil. Israel menghancurkan masjid, rumah sakit, pasar, dan rumah-rumah warga. Korban sipil akan terus bertambah karena serangan Israel terus berlangsung secara serampangan. Israel juga memutus aliran listrik, air, dan bahan bakar di Jalur Gaza. Situasi di Jalur Gaza akan semakin tidak menentu, menyedihkan, dan menyeramkan. Gaza benar- benar lumpuh dan luluh lantak.

Harus diakui, amanat konstitusi kita dan komunike bersama Konferensi Asia-Afrika 1955 di Bandung masih sangat relevan untuk terus digaungkan, bahwa kemerdekaan Palestina merupakan suara kebenaran yang harus diperjuangkan. Kita juga sejatinya terus mengenang ungkapan Bung Karno dalam sanubari kita, ”Selama kemerdekaan bangsa Palestina belum diserahkan kepada orang-orang Palestina, selama itulah bangsa Indonesia berdiri menentang penjajahan Israel.”

Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO